Pesta Syukur, Nelayan Juwana Arak Larung Sesaji

  • Sep 04, 2018
  • bendar
  • BERITA

Bendar,  Berbagai cara dilakukan para nelayan  Desa Bendar Kecamatan Juwana Pati, untuk memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rezeki dari lautan. Tepatnya di Desa Bendar, setiap tahun mereka menyelenggarakan pesta sedekah laut dan mempersembahkan sesaji untuk dilarung laut, yakni dengan mengarak  kepala kambing ke tengah Laut. Masyarakat setempat menyebutnya “larung sesaji”. Dengan menyediakan dua replika kapal yang di dalamnya, masing-masing berisi kepala kambing, bunga tujuh rupa, pisang raja dan berbagai persyaratan sesaji lainnya, diarak keliling desa yang diikuti dengan berbagai pesta kerakyatan.   Ratusan warga Bendar, berbondong-bondong datang ke halaman kantor balai desa setempat sebagai titik kumpul pemberangkatan. Mereka datang dengan aneka kostum yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Diiringi dengan lagu tradisional Jawa, ratusan warga itu berjalan mengelilingi Desa Bendar sembari mengarak sesaji yang nantinya akan dilarungkan ke laut lepas. “Tradisi larung sesaji ini merupakan warisan para pendahulu. Dulu pada tahun 1964, di Kecamatan Juwana ini, hanya Desa Bendar yang melaksanakan larung sesaji. Adapun kepala yang dipersembahkan adalah kepala kambing. Namun, ada juga yang menggunkan kepala kerbau,” ujar Jamari, Ketua Panitia Sedekah laut Desa bendar, Juwana, Senin (2/7/2018). Tidak hanya itu, lanjut Jamari, prosesi pengaraan larung sesaji ini diikuti oleh seluruh warga Desa Bendar, terutama mereka yang berprofesi sebagai nelayan. Sebab, itu merupakan bentuk rasa syukur atas karunia Tuhan yang telah diberikan kepada manusia. Karena laut sebagai wilayah mata pencaharian warga setempat, sesaji tersebut diarak ke laut lepas. Namun, sebelum replika kapal lengkap dengan sesaji di dalamnya itu dilepas ke laut, warga yang dipimpin oleh ketua adat, melakukan prosesi doa bersama, meminta kepada Tuhan agar selama mencari rezeki di lautan dberikan keamanan dan rezeki melimpah. “Satu-satunya tujuan kami melakukan ritual larung sesaji ini, selain sebagai bentuk rasa syukur, kami juga berdo'a kepada Tuhan agar diberikan keselamatan ketika berlayar,” imbuhnya. Ketika sesaji sudah dilarungkan, maka tidak boleh ada orang yang mengambilnya lagi. Sebagaimana dalam tradisi, memberikan tidak boleh berharap akan mendapatkan imbalan, yakni harus dilakukan penuh dengan keikhlasan. “Yang namanya pesta sedekah laut, tentu kami memberikan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Harapannya, karena warga kami sebagian besar adalah nelayan, kami berharap mereka senantiasa dalam lindungan Tuhan,” tandasnya.